A.
Pengertian
Geopolitik
Geopolitik berasal dari kata Geographical Politic. Istilah ini dicetuskan
oleh Rudolph Kjellen(1864-1922), dalam buku "Staten Som Lisform" atau
The State as an Organism yang terbit tahun 1916. Geopolitik mempelajari fenomena
geografi dari aspek politik.
Universitas MercuBuana Angkatan 2012 |
Geo-politik
pada dasarnya merupakan cabang ilmu pengetahuan yang relatif baru, dimana pada
awalnya dicurigai sebagai satu “ilmu” yang memberikan pembenaran pada konsepsi
Liebensraum di era Hitler, sehingga menimbulkan semacam “kecurigaan” akan
kemanfaatannya secara ilmiah. Lepas dari
hal itu, satu hal yang sudah pasti yaitu bahwa para pakar dibidang ilmu politik
berpendapat bahwa geografi politik merupakan cabang ilmu pengetahuan yang
melandasi lahirnya geo-politik.
Secara faktual, banyak variabel yang
terkait dengan geopolitik. Di samping letak geografis suatu negara, geopolitik
juga dipengaruhi oleh hubungan internasional, bilateral, multilateral, dan
hubungan diplomatik lainnya
Indonesia
adalah Negara kepulauan yang merupakan suatu kesatuan utuh wilayah, yang
batas-batasnya ditentukan oleh laut, dalam lingkungan mana terdapat pulau-pulau
dan gugusan pulau-pulau, atau merupakan gugusan pulau-pulau dengan perairan di
antaranya dan angkasa di atasnya sebagai kesatuan utuh, dengan unsur air
sebagai penghubung.
Istilah
geopolitik secara mendasar tidak bisa dipisahkan dari istilah geografi. Geografi
berasal dari kata bahasa Yunani “geographia”, terdiri dari dua kata, geo yang
berarti ‘bumi’ dan graphein artinya ‘citra’ atau ‘gambaran’. Perkataan geografi diambil dari perkataan Inggris yang
berasal dari perkataan Greek hê gê (”bumi”) dan graphein
(”menulis” atau “menggambarkan”). Geografi juga merupakan pelbagai buku
sejarah berkenaan bidang ini, khususnya Geographia oleh Klaudios
Ptolemaios pada abad ke-2.
Dalam mengkaji obyek-obyek studi geografi tersebut
diperlukan pengetahuan dari disiplin ilmu-ilmu lain seperti klimatologi,
geologi, hidrologi, antropologi dan sebagainya. Koleksi geografi yang
dimaksudkan di sini adalah koleksi peta. Peta adalah gambaran konvensional
secara selektif dari permukaan bumi dengan segala fenomenanya yang diperkecil
dengan skala tertentu dan ditampilkan pada bidang datar. Dalam peta, daerah
atau wilayah yang sangat luas dengan segala kenampakannya ditampilkan dalam
sebidang kertas.
Istilah Geopolitik pertama kali digunakan oleh Rudolf
Kjéllen, seorang ahli politik dari Swedia pada tahun 1905. sebagai cabang dari
geografi politik, geopolitik fokus pada perkembangan dan kebutuhan akan ruang
bagi suatu negara. Geopolitik mengkombinasikan teorinya Friedrich Ratzel’s
tentang perkembangan alami sebuah negara dengan Heartland Theory (teori kawasan
inti) dari Sir Halford J. Mackinder’s untuk membenarkan praktek-praktek yang
bersifat ekspansionis dari beberapa negara.
Geopolitik atau wawasan nasional
Indonesia dinamakan wawasan Nusantara.
Wawasan Nusantara merupakan cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenal
dirinya yang Bineka dan lingkungan Geografi nya yang berwujud Negara kepulawan
berdasarkan pancasila daan UUD 19945. Wawasan nusantara ini dijiwai dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dan tetap menghargai dan
menghormatikeBhinekaan dalam setiap aspek kehidupan Nasional untuk mencapai
tujuan Nasional.
Latar
Belakang Wawasan Negara
Pembahasan latar belakang filosofis sebagai pemikiran
dasar pengembangan wawasan nacional indonesia di tinjau dari :
·
Falsafah
Pancasila
Nilai Nilai pancasila
mendasari pengembangan wawasan nacional, antara lain memberikesempatan menjalankan
Ibadah sesuai dengan agama masing masing, sebagai wujud nyata penerapan.
·
Aspek
Wilayah Nusantara
Kondisi obyektif
geografi indonesia yang terdiri atas ribuan pulau memiliki karakteristik yang
berbeda dengan negara lain.
·
Aspek
Sosial Budaya
Menurut ahli
antropologi, tidak mungkin ada masyarakat kalau tidak ada kebudayaan dan
sebaliknnya
·
Aspek
Historis
Wilayah kesatuan
republik indonesia merupakan wawasan nasional indonesia diwarnai oleh
pengalaman sejarah yang tidak menghendaki terulangnnya perpecahan dalam
lingkungan.
Implementasi Wawasan Nusantara
Implementasi wawasan nusantara dimaksudkan menerapkan
atau melaksanakan wawasan nusantara dalam kehidupan sehari-hari secara nasional
yang mencakup kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya, serta pertahanan
nasional. Implementasi kehidupan politik
harus sesuai dengan UU politik, hukum HAM, komitmen dan ikut pergaulan
nasional.
1.
Implementasi wawasan nusantara
Penerapan wawasan nusantara dalam kehidupan,
ketatanegaraan, baik menyangkut dasar dan sistema pemerintahan indonesia, harus
mengutamakan persatuan dan kesatuan serta wilayah indonesia.
2.
Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan ekonomi
Maksudnya adalah sebagai upaya pemanfaatan dan
pengelolaan nusantara alam dan SDA manusia yang ada di indonesia dalam rangka
peningkatan pendapatan ekonomi dan harus memerhatikan asas manfaat keadilan dan
efesiensi demi menjaga kelestarian alam sehingga umur ekonomi terus dapat
diperpanjang untuk generasi berikutnya.
3.
Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan sosial
Implementasi dalam kehidupan sosial dimaksudkan sebagai
penerapan budaya yang berupa adat istiadat nusantara dan tata cara serta
unsur-unsur sosial.
4.
Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan pertahanan
dan keamanan
Impelentasi dalam kehidupan pertahanan dan keamanan
dimaksudkan untuk melaksanakan kegiatan dalam pertahanan dan keamanan yang baik
dalam berbagai sektor penjuru. Implementasi
dalam kehidupan hankam perlu memelihara lingkungan disiplin, rasa persatuan dan
kesatuan TNI profesional.
B. GEOPOLITIK MODERN
John Agnew, bersama dengan rekannya, Corbridge, mencoba
memberikan teorema-teorema umum geopolitik yang akan memposisikannya sebagai
ide sekaligus praksis. Hasilnya adalah sebuah teori hibrida dari geopolitik dan
ekonomi politik, Ekonomi Geopolitik. Ekonomi Geopolitik didapatkan dengan cara
menggabungkan pemikiran Lefebvre dari Perancis tentang Aktivitas Keruangan
(Spatial Practice) dan Gambaran Keruangan (Representation of Space) dengan
pemikiran Gramsci dari Italia tentang hegemoni. Geopolitik Modern yang
tersifati secara ekonomi ini diyakini sebagai hasil aktivitas manusia, bukan
sekedar given. Ia disadari sebagai filosofi negara, sebuah teknologi mental
untuk memerintah.
Henry Lefebvre mendefisiniskan Spatial Pratices sebagai
Aliran, interaksi dan pergerakan material fisik, ke dalam dan melintasi ruang; sebagai ciri fundamental dari
produksi ekonomi dan reproduksi sosial. Sedangkan Representation of Space
merupakan keseluruhan konsep, dan kode geografis yang digunakan untuk
membicarakan dan memahami aktivitas keruangan. Mudahnya, aktivitas keruangan
adalah bersifat material dan gambaran keruangan adalah wacana atas aktivitas
keruangan.
Anthonio Gramsci menggunakan konsep hegemony untuk
menambal kekurangan analisa Karl Marx. Marx meramalkan bahwa revolusi
proletariat menuju masyarakat sosialis akan terjadi di negara kapitalis paling
maju. Sementara kenyataannya, revolusi tersebut malah terjadi di negara
agraris, Rusia. Gramsci dari penjara Italia mempertanyakan, mengapa revolusi
tersebut sulit dilakukan di Eropa Barat? Hegemoni yang merupakan konsep
keunggulan kepemimpinan adalah jawabannya. Hegemoni dapat dipahami sebagai
langkah eksploitasi dan alienasi struktural, bisa juga sebagai kondisi statis
hubungan antar negara.
Dari pembedaan Lefebvre dan konsep hegemoni Gramsci,
Agnew dan Corbridge mencoba menjembataninya dengan relasi dialektis antara
materi dan wacana, yang kemudian diatasnya dibangun dua istilah baru, yakni
Orde Geopolitik dan Wacana Geopolitik. Orde geopolitik adalah aktivitas
keruangan dalam ekonomi politik Dunia. Order sebagai rutinitas aturan,
institusi, aktivitas dan strategi, dimana ekonomi politik internasional bekerja
dalam periode sejarah yang berbeda-beda; memerlukan karakteristik geografis.
Antara lain, derajat relatif sentralitas teritorial negara atas aktivitas
ekonomi dan sosial, hirarkhi negara, jangkauan ruang aktivitas negara-negara
dan aktor lain, keterhubungan atau keterputusan ruang antar aktor, aktivitas
keruangan yang didukung oleh teknologi informasi dan militer, dan peringkat
kawasan tertentu ataupun negara-negara dominan tertentu dalam hal ancaman
dominasi ataupun keamanan militer dan ekonomi.
Dari karakteristik ini dapat kita simpulkan bahwa ada
empat Orde Geopolitik semenjak istilah geopolitik sendiri lahir, yaitu Orde
Inggris, Orde Persaingan antar Kerajaan, Orde Perang Dingin, Orde Liberalisme
Transnasional. Dalam masing-masing orde tersebut terdapat hubungan hegemonik.
Boleh jadi Orde geopolitik tidak memiliki satu negara hegemon, contohnya adalah
Orde terakhir. Pasca Perang Dingin, dunia tidak dihegemoni oleh satu negara,
akan tetapi beberapa negara kuat seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Jerman,
yang disatukan oleh Pasar Dunia dan institusi/organisasi transnasional semacam
Uni Eropa, WTO, IMF dan Bank Dunia. Orde Liberalisme Transnasional menjelaskan
bahwa dunia sedang mengalami perkembangan universal, yaitu perluasan dan
penambahan Pasar Kapitalis di seluruh dunia.
Istilah kedua, Wacana geopolitik, merupakan Gambaran
keruangan atas hegemoni yang terjadi di dunia. Gambaran tersebut didapat
sebagai hasil pewacanaan para intelektual negara baik teoritisi maupun praktisi
atas pembacaan maupun penulisan geografis dalam ekonomi politik internasional.
Ada empat karakteristik Wacana geopolitik yang berupa mentalitas geopolitik.
Pertama, adalah Visualisasi global, dimana dunia dipandang sebagai satu gambar
yang dilihat dari satu sudut yang menguntungkan. Kedua, waktu dipahami dalam
konsep ruang, diamana blok/kompleks ruang dipisahkan dan diberi label sesuai
atribut periode waktu, relatif terhadap pengalaman sejarah ideal salah satu
blok/komplek. Tiga, negara menjadi gambaran utama keruangan global, dengan
asumsi bahwa negara memiliki power eksklusif atas wilayahnya (kedaulatan),
bahwa hubungan domestik dan luar negeri merupakan bidang yang berbeda, bahwa
batasan negara menjelaskan batasan masyarakat. Empat, pengejaran keunggulan
oleh negara-negara dominan dalam sistem antar negara, dengan asumsi, bahwa
power didapat dari keuntungan lokasi geografis, besar populasi, dan sumber daya
alam, bahwa power adalah atribut yang digunakan untuk memonopoli dalam
kompetisinya dengan negara lain.
Senada dengan Orde geopolitik, Wacana geopolitik,
berdasarkan karakteristiknya, juga terperiode dalam empat Wacana, yaitu Wacana
Peradaban (abad 19), Wacana Alami (akhir abad 19 hingga akhir Perang Dunia II),
Wacana Ideologi (Perang Dingin), dan Wacana Perbesaran (Post Cold War). Wacana
perbesaran ini dapat dilihat pasca Perang Teluk II, dimana pemerintahan Clinton,
sebagai salah satu hegemon dunia melakukan perluasan atas komunitas negara yang
menerapkan demokrasi pasar. Hal tersebut dilakukan dengan mewacanakan konsep
Liberalisme Transnasional dalam diskusi-diskusi pakar, perkuliahan para
mahasiswa, dan pemberitaan media massa.
Geopolitik Modern adalah pendekatan yang lebih relevan
atas kondisi geopolitik dunia saat ini. Dimana negara-negara terkonsentriskan
dalam hegemoni tersendiri, dengan satu rumpun wacana yang sama, globalisasi
ekonomi kapitalis. Dimana negara-negara berusaha mencari power relatifnya atas
negara lain/hegemon lain, yang terdiri dari komponen fisik dan komponen
ide/wacana.
C. GEOPOLITIK POSTMODERN
Posmodern didefinisikan oleh Lyotard sebagai keraguan
atas meta-narasi (kisah-kisah besar). Tokohnya antara lain Michel Foucault yang
mengatakan bahwa power dan pengetahuan memiliki hubungan yang determinis. Ia
juga menganggap bahwa tidak ada kebenaran diluar rezim kebenaran, aforismanya
adalah “bagaimana sebuah sejarah memiliki nilai kebenaran, apabila kebenaran
itu sendiri memiliki sejarah?” Tokoh lainnya adalah Jacques Derrida yang
mengkonsepkan dekonstruksi dan pembacaan ganda atas wacana dan teks.
Menurut Robert Rich, di era globalisasi dan
transnasionalisme, geometri ekonomi ia gambarkan sebagai jaring-jaring global
(Global Webs). Kebangsaan sebuah perusahaan tidak menjadi relevan; power dan
kemakmuran mengalir cepat dalam jaring-jaring ekonomi tersebut, melalui
efisiensi telekomunikasi dan transportasi. Teknologi informasi yang menciptakan
hyper-reality menjadi sangat penting dalam geometri power yang baru.
Lebih jauh, Manuel Castells menyatakan bahwa fungsi dan
proses dominan di era informasi adalah jaringan kerja sosial baru (new network
society). Jaringan tersebut menentukan morfologi sosial, dan tentu saja merubah
secara substansial hasil dan proses bekerjanya produksi, pengalaman, power, dan
kebudayaan. Ia juga menyebutkan bahwa kini dunia terskemakan dalam
flows-webs-connectivity-network.
Sedikit berbeda dengan teori jaringan Castells, Bruno
Latour mengkonsepkan teori Aktor-Jaringan. Menurutnya, dunia ditinggali oleh
kolektivitas manusia dan bukan manusia, yang membentuk lebih dari jaringan
teknik ataupun sosial. Ilmu geografi, pemetaan, pengukuran, triangulasi,
menurut teori aktor-jaringan, tidaklah berguna lagi. Ukuran universal atas
kedekatan, jauh, dan skala tidak lagi berdasarkan ukuran-ukuran fisik, akan
tetapi konektivitas jaringan. Jika geografi dikonsepkan ulang sebagai
konektivitas, bukan lagi ruang, maka ruang sebenarnya yang berasal dari
pemikiran tradisional hanyalah salah satu jaringan dari keseluruhan jaringan.
Sementara itu T. Luke mencoba memperiodisasi narasi
hubungan manusia dan alam serta perubahan lingkungan dan order. Menurutnya ada
tiga periode, yaitu First nature, Second nature, dan Third nature. Dalam first
nature, hubungan manusia dan alam tidak dimediasi oleh sistem teknologi yang
kompleks. Orde keruangan bersifat organik dan corporeal/hajatul udhowiyyah
(sekedar memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh). Hubungan selanjutnya adalah
manusia membuat teknologi artifisial melalui industri kapitalisme modern
semenjak abad ke 18. Orde keruangan merupakan hasil rekayasa, yang ditandai
dengan banyaknya kompleks perangkat keras yang senantiasa berevolusi. Di masa
ketiga, orde keruangan dihasilkan oleh sistem saibernetis, segalanya menjadi
elektronik dan digital. Hal ini disebabkan oleh kapitalisme yang berkembang
cepat dan struktur informasi yang mengglobal. Geografi modern menjadi info-graf
posmodern, yang bersifat telemetrik.
Untuk mengkonsepkan Geopolitik Posmodern, Gearód Ó
Tuathail mencoba menggabungkan keempat pandangan tersebut guna menjawab lima
pertanyaan berikut :
a. Bagaimana menggambarkan ruang global?
Kini dengan kemajuan teknologi yang ada, dunia dapat
digambarkan melalui simulasi yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Geografis
dan teknologi visualisasi dan simulasi telemetrik lainnya. Kejadian di suatu
tempat yang jauh dapat dilihat didengar dan dirasa oleh manusia dan pembuat
kebijakan di tempatnya secara langsung. Hal ini disebabkan oleh konektivitasnya
dengan teknologi. Kecepatan, kuantitas, dan intensitas informasi menjadi
perhitungan utama dalam refleksi dan pembuatan kebijakan luar negeri.
- Bagaimana ruang global dipisahkan dalam blok indentitas dan perbedaan lainnya?
Pandangan dunia Eucidian yang membatasi dunia dengan
batasan fisik, kini tidak relevan lagi, terlebih dengan adanya globalisasi
pasar dunia. Dunia hanya bisa dipisahkan berdasarkan glokalisasi jaringan
ekonomi produksi dan konsumsi. Hirarki keruangan modern digantikan binaritas
keruangan wacana, yaitu liberal dan non-liberal (fundamentalis, revivaris).
- Bagaimana mengkonsepkan power global?
Power di jaman modern terdiri dari GPS (Geografi,
Populasi, dan Sumberdaya Alam). Melalui revolusi teknologi informasi, semuanya
berubah menjadi telemetrik. Akhirnya dikenal konsep ISR (Informasi intelejen,
Surveilance [observasi detail dari jarak jauh], dan Reconnaissance [Pengenalan
ulang obyek]) dan C4I (Command, control, communications, computer processing, dan
intelejen) untuk mendapatkan power relatif. Paradoks yang terjadi adalah hal
ini akan mendekonstruksi keberadaan negara secara solid, sebab
organisasi-organisasi hingga pribadi-pribadi mampu memiliki power tersebut.
- Bagaimana ancaman global diruangkan dan bagaimana strategi reaksi atas ancaman tersebut dikonsepkan?
Pasca Perang Dingin, makna keamanan dan ancaman ditinjau
kembali. Ia bukan lagi berasal dari musuh teritorial dimana konsep containment
dan deterrence yang kaku diberlakukan. Ancaman-ancaman yang ada menjadi tidak
pasti dan menyebar cepat. Ia muncul bukan dari teritorial, tapi muncul dalam
bentuk terrorisme tanpa negara, sabotase, narco-terrorism, korupsi global,
wabah penyakit, krisis kemanusiaan, kerusakan lingkungan, proliferasi senjata pemusnah
massal, dll. Doktrin geostrategis telah berubah dalam acuan fleksibilitas dan
kecepatan, akan tetapi ia masih harus dikompromikan dengan konsep teritorial.
Dalam menghadapi ancaman tersebut, diambil kasus Amerika Serikat, dimana ia
menerapkan dua konsep strategi pertahanan utama, yaitu kehadirannya diseluruh
lautan, dan pameran/peragaan militer. Kedepan, strategi bionik, bahkan
cyborgtik akan dikembangkan untuk menangani masalah ini.
- Bagaimana aktor-aktor utama membentuk identitas dan konsep geopolitik?
Geopolitik kontemporer menggunakan para pemimpin dan elit
pemerintahan untuk membentuk kebijakan yang nantinya membentuk identifikasi dan
konsep atas geopolitik, yaitu konsep geopolitical-man. Di masa kecanggihan
teknologi, dunia akan menyaksikan bahwa kebijakan-kebijakan penting akan
diambil oleh kolektif manusia dan bahkan kolektif cyborg dalam sebuah network
ekonomi, sosial, dan politik.
Hemat
penulis, geopolitik posmodern
akan dirasakan oleh kebanyakan orang, hanya ada di awang-awang alias abstrak,
ketimbang geopolitik modern yang memang berdasarkan penilaian rasional. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain, posmodern terlalu membesar-besarkan
runtuhnya ekonomi negara, dan globalisasi. Selain itu, ia juga terlalu
deterministik dalam menilai perkembangan teknologi, sehingga tidak menilai
moral dan nilai dasar manusia yang didapatkannya dalam kehidupan intrapersonal
maupun interpersonal. Konsep network pun terlalu dibesar-besarkan apabila
ditempatkan diluar konteks ekonomi dan sosial. Atas hal inilah geopolitik
modern kemudian banyak dirasakan lebih ‘nyata’ ketimbang pendekatan kalangan
posmodern.
0 komentar:
Post a Comment